Ada cerita di sudut kereta

October 16, 2018 0 Comments A+ a-



Bukan untuk pertama kalinya aku berada di tempat ini. Setiap kamis sore, setelah selesai jam kuliah. Aku bergegas pulang, menuju stasiun menggunakan angkot yang lewat dari belakang kampus.

Stasiun yang menjadi tujuanku adalah stasiun Lenteng Agung.  Setelah membayar tiket, aku langsung bergegas menunggu kereta di peron.


Suasana sore itu cukup ramai, mungkin karena jam pulang kerja. Harap maklum. Orang-orang berlalu lalang silih berganti. Namun tidak pernah menyangka tiba-tiba kemudian seseorang berdiri di sebelahku dan bertanya dengan ramah, "Dek, kalau ke Tangerang naik kereta yang mana?" Tanyanya dengan suara yang lembut dan pelan.


Kujawab pertanyaan itu dengan ramah, "Naik yang jurusan Jatinegara, Nek, nanti transit di Duri, kalau nenek mau nanti bareng sama saya aja, kita searah, cuman beda tujuan, saya turunnya di Stasiun Kampung Bandan."


Nenek itu lantas tersenyum kepadaku, dan mengucapkan terima kasih.


Tak lama kemudian, kereta pun datang dengan suara khasnya. Suara pengumuman kedatangan kereta pun acap kali berulang-ulang dan terdengar sedikit menyebalkan.


"Naik ini ya, Dek?"


"Iya, Nek."


Kami pun masuk kedalam kereta dan mencari tempat duduk. Lantas kemudian seseorang pun berdiri dan menawarkan tempat duduknya pada nenek. Sementara itu aku berdiri tidak jauh dari tempat duduk nenek tadi. Lalu mengamati nenek itu yang tengah tersenyum kearah seseorang yang memberikan kursinya barusan.


Seseorang itu kini berdiri di sebelahku. Ia tersenyum dan menyapa kepadaku, "Nenek kamu?"


Aku menggeleng, tanpa mengucapkan satu kata, orang itu mengerti.


Setelah itu perlahan-lahan kereta mulai bergerak menelusuri rel tua dan terus melaju dengan cepat, melewati stasiun demi stasiun dengan orang-orang yang naik-turun silih berganti.


Aku masih tetap berdiri. Cukup melelahkan, namun juga menyenangkan, karena di sini, di sudut kereta ini, aku dapat menemukan berbagai macam jenis manusia dan tingkah lakunya. Dengan berbagai raut kelelahan yang terpancar dari sorot wajahnya, dan berbagai cerita yang tak sengaja ku dengar lewat dua orang yang saling berbicara ini-itu di belakangku.


Tapi percayalah, disini asik, asik karena dapat bertemu dengan banyak orang, walaupun tidak saling kenal namun tidak lupa sempat melempar senyum satu sama lain. Sekaligus bahagia, karena dapat menambah ibadah. Yaitu tersenyum.


Benar kata orang. Bahagia itu sederhana. Hanya dengan melihat orang tersenyum saja aku merasa bahagia, tidak usah repot-repot mencari kebahagiaan sampai ujung dunia. Karena bahagia se-simple itu. Kita sendiri yang berhak menentukannya, atau mungkin seringkali kita nggak sadar, banyak kebahagiaan di sekitar kita, karena kita sibuk mencari kebahagiaan yang sempurna. Padahal tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kecuali pencipta kita, Allah SWT.

Low maintenance Friendship

Aku tipikal orang yang kalau deket engga nanggung-nanggung, tapi kalau udah yaudah, kayak banyak temen yang di sekolah dulu deket banget, ta...